Diberdayakan oleh Blogger.

Misteri si Jodoh (part 1)



Pertengahan Bulan April 2018

"Teh sini coba, ada yang mau di obrolin" 

Malam itu, tiba-tiba saja ibuku berkata begitu, langsung deh dapet firasat yang mengusik zona nyamanku. 

Selama ini beliau sudah sangat sabar, entah sudah lelah untuk tidak mengungkit masalah 'jodoh' setelah pernikahan adik keduaku 7 bulan yang lalu. Tapi nada bicara dan kalimat prolognya malam itu langsung saja membuatku merasakan bahwa hal itulah yang ingin beliau bicarakan.

Dugaanku 100% benar, dengan hati-hati beliau menceritakan obrolannya dengan salah seorang teman sesama guru di sekolahnya, yang intinya mereka berdua ada niatan mengenalkan ku pada adik ipar teman ibuku itu. Mendengar cerita dan maksud mereka berdua, aku sih ya mengiyakan saja dulu, toh hanya untuk dalam tahap saling mengenal saja.

Sebut saja namanya 'R' adik dari suami teman ibuku umurnya lebih tua 4 tahun di atasku. Lulusan STM yang tidak cocok berkerja dibawah tekanan orang lain dan memutuskan membuka counter HP di salah satu daerah di Kota Bandung. Menurut cerita teman ibuku, adik iparnya itu orang yang baik. Sifatnya mirip dengan suaminya yang sabar dan pengertian. Dia juga sangat menghormati ibunya, tapi karena hanya lulusan STM dia jadi agak minder dalam urusan asmara.

Well, aku sama sekali tidak mempermasalah pendidikan terakhir si 'R' itu, karena yah menurutku jodoh tidak bergantung pada hal itu, tapi lebih ke kecocokan dua individu. Beberapa kali ibuku mencoba mengenalkan pada orang-orang yang berpendidikan tinggi, bahkan ada juga yang katanya sudah cukup mapan, tapi saat hati tidak 'klik' ya semuanya ambyar tidak ada kelanjutannya.

Pembicaraan malam itu berakhir di persetujuanku memberikan nomor ponsel ku agar kami bisa saling bertukar pesan dan janjian untuk bertemu.

Beberapa minggu berlalu sejak malam itu, tak ada pesan apapun yang masuk dari si 'R' padahal kakak iparnya hampir setiap hari bertanya apakah si 'R' sudah menghubungi atau belum. Yah aku sih kalo pihak sana tidak mau inisiatif lebih dulu, ya udahlah mungkin emang bukan jodoh juga untuk sekedar saling berkenalan pun. Lagian yah aku sih tidak berharap apa-apa, jadi yah santai saja. Tapi teman ibuku malah yang lebih semangat sampai ingin merencanakan pertemuan kami di tempat A ato B. Aku bilang pada ibuku, jangan seperti itu, jika si 'R' tidak menghubungiku secara langsung, lebih baik tidak perlu dilanjutkan.

Hingga akhirnya R menghubungiku dengan bahasa sunda yang cukup halus. Beberapa hari kami bertukar pesan saling memperkenalkan diri dengan beberapa pertanyaan basa basi yang tidak terlalu aku ingat, sampai akhirnya dia mengajakku untuk bertemu di sebuah Rumah Makan.

Aku sama sekali tidak mempersiapkan diri secara khusus untuk pertemuan tersebut. Berdandan dan berpakaian seperti saat akan main dengan saudara atau teman-temanku saja, karena aku pikir lebih baik menjadi diri sendiri di pertemuan pertama.

Hari itu, awal bulan Mei yang tidak ku ingat kapan tanggal tepatnya, aku dan R bertemu. Tak ada kesan khusus, obrolan pun berputar masalah yang masih sangat general. Setelah sekitar 2 jam saling mengobrol sambil makan siang, kami pun berpisah. R bilang ada niat mau ke Cimahi, tapi karena gak bawa helm jadi gak bisa nganter, aku sama sekali tidak masalah.  Aku pun akhirnya pulang naik angkot setelah dia menjanjikan untuk kembali bertemu seminggu kemudian.

Malam nya R masih mengirimiku pesan dan begitu juga beberapa hari berikutnya, meski yah pesan itu masih netral dan tidak menjurus pada hal yang lebih serius, namun seminggu berlalu, janji bertemu kembali seolah terlupakan. Katanya sih dia sakit (kabar dari kakak iparnya) tapi melihat responnya yang semakin hari semakin berkurang aku rasa sih memang dia tidak tertarik untuk melanjutkan perkenalan itu ke tahap pendekatan ataupun hal yang lebih serius, ya sudah lah aku sih let it flow aja, toh dari awal juga tidak berharap apa-apa.

Masalahnya adalah, ibuku yang mungkin masih sedikit berharap, putri semata wayang nya ini segera bertemu jodohnya. Jadilah beliau masih semangat mempertanyakan perkembangannya, padahal yah rasa-rasanya kok yah tidak ada perkembangan. Beliau pun gencar bertanya pada temannya untuk mencari tahu tanggapan si R setelah bertemu denganku, dan jawaban yang beliau dapatkan adalah 'Biasa'

Sakit hatikah aku dianggap 'Biasa'? Sama sekali tidak, hanya saja sedikit kecewa dengan respon R yang menurutku kurang gentleman. Aku pun merasa kecewa pada caranya membatalkan janji pertemuan kami berikutnya tanpa konfirmasi. 

Kekecewaan itulah yang membawaku akhirnya iseng memancing di suasana hati yang tidak karuan. Hingga membuatku tersadar bahwa Jodoh itu adalah Misteri Allah SWT yang awalnya tidak pernah kita harapkan, tapi nyatanya itulah yang terbaik

(bersambung ke part 2)



0 Komentar untuk "Misteri si Jodoh (part 1)"

Back To Top