Diberdayakan oleh Blogger.

Misteri si Jodoh (part 3)





Mei 2018

Di Hari Minggu siang yang terik itu aku selesai mengajar sekitar jam 1 siang. Setelah memastikan dimana posisi G, aku pun menunggunya di gerbang sekolah tempat aku mengajar. Setelah menunggu sekitar 10 menit, G menelpon dan mengatakan dia sudah di depan. Aku beranjak dari tempatku menunggu dan G memang sudah ada di pinggir jalan tepat di depan gerbang sekolah.
Begitulah kami bertemu untuk pertama kalinya setelah 9 tahun tak bertemu.

Setelah saling bertukar kabar, karena takut terlalu siang kami pun segera berangkat ke tempat tujuan yang sudah kami sepakati sebelumnya.

Perjalanan menuju ke Saung Apung Napak Sancang, ternyata cukup jauh. Setelah melewati jalan beliku dan berbatu akhirnya kami pun tiba di parkirannya. Parkirannya saja sudah cukup penuh, jadi bisa dipastikan restorannya pun pasti penuh. Dari tempat parkir menuju restoran, kami harus naik perahu terlebih dahulu, karena restorannya memang berada ditengah waduk (itulah mengapa namanya Saung Apung)

Suasananya sangat sesak padat, hampir semua meja sudah terisi. Akhirnya kami pun duduk santai dulu di kursi yang ada di pinggir sambil memilih menu. Setelah setengah jam, G menemukan meja kosong, kami pun pindah duduk ke meja tersebut. 

Sayangnya saat G menyerahkan pesanan kami pada pelayan, pelayannya memberitahu kami bahwa makanan bisa jadi baru disajikan dalam 3 jam ke depan. Saat itu sudah jam 3 sore, jika harus menunggu sampai 3 jam lagi, baru jam 6 sore kami bisa makan. Hmmm, bukan masalah laparnya sih, tapi masalahnya akan jam berapa sampai ke rumah, jika jam 6 baru mulai makan? 

Dengan berbagai pertimbangan, kamipun membatalkan pesanan dan memilih untuk mencari tempat makan lain. Sambil menunggu perahu yang akan membawa kami kembali ke tempat parkir, aku dan G mengobrol banyak hal. Mulai dari kehidupan kami setelah lama tak bertegur sapa hingga masalah pekerjaan dan lain lain nya (gak terlalu ingat juga sih apa aja yang dibicarakan saat itu).

Saat perahu yang masih saja membawa pengunjung datang, kami pun bersiap untuk kembali ke tempat parkir. Tanpa tujuan yang jelas, kami pun akhirnya meninggalkan lokasi Saung Apung Napak Sancang tanpa mengisi perut. Lapar sih iya, tapi yah daripada nunggu yang tidak bisa ditunggu. G melajukan motor ke arah yang lebih jauh untuk mencari tempat makan lain, makin lama makin jauh, kok yah udah hampir melewati belokan ke Curug Malela, halah ini mau kemana sih sebenernya? Aku pun protes, dan minta balik aja, cari tempat makan yang searah dengan jalan pulang.

Karena Adzan Ashar sudah berkumandang sejak tadi, G pun mengajak ku untuk solat ashar di salah satu mesjid di daerah Citapen. Selesai solat ashar, kami kembali melanjutkan perjalanan ke arah jalan pulang, da akhirnya G mengajak makan di sebuah warung bakso. Yah karena kebetulan perut sudah tidak bisa diajak kompromi, di iyain aja deh, duh yah ngarep bisa makan ikan bakar akhirnya malah makan bakso nih :p

Banyak yang kembali kami bicarakan selama menunggu bakso datang, dan setelah selesai memakannya. Tidak semuanya aku ingat, karena yah istana pikiranku tidak seluas Sherlock Holmes yang bisa mengingat semua hal yang di alami nya dengan baik. Namun ada satu kalimat yang dikatakan G yang paling aku ingat hingga sekarang. Jadi ceritanya, G nanya-nanya apa alasanku pindah sekolah ke SMA kami saat aku kelas 2 SMA. Aku pun menceritakan dengan nada sedikit menyesal karena harus sampai merepotkan orang tuaku sampai harus pindah sekolah segala. Eh dengan santainya dia malah berkata, "Tapi untung kamu pindah sekolah, jadinya kita bisa kenal deh?" 

FYI nih, padahal pas awal pindah sekolah aku sih gak kenal sama sekali sama G ini. Gak sekelas juga dan bukan temen SMP juga. Baru kenal pas kelas 3, itupun karena jadi temen sekelas pas kelas 3. Tapi kok yah heran kok dia tau kapan aku pertama pakai kacamata dan beberapa hal lain, yang kurasa harusnya dia tidak mungkin tau.

Tak terasa, waktupun semakin sore, karena tidak mau terlalu malam sampai di rumah, aku pun mengajak pulang. Jarak rumahku dari warung bakso itu, masih cukup jauh juga sih. Di perjalanan pulang kami tak banyak mengobrol, karena sudah mulai agak lelah, suara bising kendaraan di kanan kiri pun rasanya cukup menghalangi komunikasi kami.

G sebenarnya cukup familiar dengan daerah tempat tinggalku, tapi saat mulai masuk komplek ya langsung ambyar, jadilah aku kebagian tugas jadi penunjuk jalan. Setelah menunjukkan jalan di setiap belokan, akhirnya kamipun tiba di rumahku yang kosong saat waktu hampir magrib. Bapak sudah pergi ke mesjid, sempat berpapasan di jalan, tapi beliau tidak bertanya apapun (mungkin dikira nya aku pulang sekolah seperti biasa, karena memang biasanya aku pulang sore dari sekolah). Ibuku masih ada di tempat pengajian. G sempat menunggu ibu ku sekitar 20 menit, tapi waktu semakin sore dan ibu tidak kunjung datang, jadilah G pamit untuk pulang. Sebelum pulang G agak cemas apakah dia bisa keluar komplek atau tidak, karena begitu banyaknya belokan yang harus dia lewati. Tapi dia janji akan menghapal semua belokan itu, supaya bisa main lagi.

Sekitar 10 menit, setelah G pamit pulang, masuklah pesan WA dari G
"Alhamdulillah bisa keluar komplek dengan selamat, lain kali masih boleh main ke rumah kan?"
Sederhana, tapi yah.... Ntahlah kalimat itu cukup membuat aku tersenyum semalaman.

Sejak hari pertemuan itu, komunikasi masih sangat baik. Apalagi saat itu sudah memasuki bulan ramadhan, pesan WA pun mulai berisi 'udah sahur?', 'sahur sama apa?', 'buka dimana?', 'buka sama apa?' dan pertanyaan basa basi lain nya. Meskipun terlihat membosankan, anehnya aku cukup menikmatinya. Saat siang hari kami masih kadang-kadang saling berkirim WA, meski sering nya dia yang memulai, karena melihat statusku yang saat itu cukup galau karena satu dan lain halnya. 

Lama-lama aku mulai ragu, apakah G ini memang berniat PDKT ataukah hanya memang ingin say hello saja pada teman lama yah. Karena meski komunikasi kami masih sangat intens, dia sama sekali tidak pernah membahas tentang masalah 'jodoh' eh pernah sih, itu juga hanya bertanya aku suka nya tipe lelaki seperti apa dan kenapa, nanti setelah aku jawab dan balik tanya dia selalu saja mengalihkan topik pembicaraan. Jadilah aku agak-agak hopeless, tapi yah tetep dijalani dulu aja. 

Aku dan G kembali bertemu saat kebetulan aku ada acara bukber di daerah dekat rumahnya dan kesulitan mencari tumpangan untuk pulang (angkot sudah tidak ada dan naik ojol yah takut juga kalau malam-malam seperti itu). Awal-awalnya sih aku hanya iseng nanya tentang tempat bukber nya, dan bagaimana caranya bisa pulang dari sana? Eh dia kemudian menawarkan diri untuk mengantarkan pulang, setelah berdiskusi dengan ibuku, akhirnya aku pun menerima tawarannya untuk diantar pulang sebagai teman. 

Saat sampai di rumah, kebetulan ibuku sedang tidak pergi tarawih di mesjid, jadilah itu pertama kalinya ibu bertemu dengan G. Mereka berbincang sebentar setelah ibuku menyuguhinya minum dan beberapa camilan, hingga G pamit pulang karena memang sudah cukup malam. G bahkan sudah tampak mengantuk, karena yah dari sejauh yg aku pantau tentang kebiasaan G tidur, dia tampaknya bukan orang yang biasa bergadang. (Aku memperhatikan kebiasaan ini dari waktu dia membalas pesan WA, karena jika aku membalas WA lebih dari jam 9, baru dibalas jam 2 malam)

FYI lagi nih yah, jadi setelah ibuku tampak sedih karena si R yang menganggapku 'biasa' itu, aku pun akhirnya menceritakan tentang kedekatanku dengan G. Yah tentu saja ibuku sangat mendukung, tapi yah aku juga mengatakan pada ibuku jika jangan terlalu berharap, aku dan G masih dalam tahap menjalin kembali silaturahmi yang sempat terputus, eaaaa. Ibuku untungnya mengerti dan mengatakan padaku memang baiknya tidak grasak grusuk. Lalu saat kuceritakan kergauanku pada niat G, ibuku juga yang meyakinkanku, jika G memang sepertinya ingin serius, jika tidak, mana mau dia rela mengantarkan ku pulang bukber hari itu, kemudian kembali lagi ke rumahnya. Iya juga sih yah, tapi yah tetap saja aku masih mencoba mendatarkan hati untuk tidak berharap lebih. Pokoknya jalani aja dulu.

Pertengahan bulan Ramadhan, G mengajakku untuk buka puasa bareng berdua. Tidak terlalu jelas dalam ingatanku, bagaimana ajakan bukber itu akhirnya terlontar, tapi yang jelas akhirnya kami janjian bahwa G akan menjemputku untuk bukber. Aku sudah siap-siap sejak ba'da ashar, tapi hingga jam 5 sore, G tak kunjung datang. Saat aku coba konfirmasi, tenyata dia kesasar, haduh. Jadilah G baru sampai di rumahku sekitar jam setengah 6, mau diajak bukber di rumah, belum persiapan, ya sudahlah akhirnya pergi juga, lagi-lagi tanpa tujuan, hahaha. Di jalan baru deh obral obrol mau makan dimana, akhirnya kami memutuskan untuk makan di Ayam Geprek Kabayan, eh sampe sama penuh sekali tempatnya, karena emang udah jam nya buka puasa. Kami pun cari tempat makan lain dan malah muter-muter gak jelas di daerah yang sama. Eh ujung-ujung nya malah jadi makan di warung nasi goreng deh, ya sudahlah daripada harus lebih lama lagi menahan lapar.

Selesai makan, kami sempat ngobrol-ngobrol sebentar tentang hobi masing-masing dan sebagainya. Tapi yah lagi-lagi tak ada pembicaraan yang lebih dari itu (yah bukan ngarep juga sih). Hingga pulang ke rumah pun, G tidak langsung pulang, dia malah masih ngajak ngobrol, dan selidik punya selidik dia tak langsung pulang karena menunggu ibu dan bapak pulang tarawih. 

G mengobrol dengan bapak cukup lama. Mulai dari dimana dia tinggal dan bagaimana pandangan politik di daerahnya, heu itu topik favorit bapak ku sekali. Aku bahkan baru tahu ternyata bapak sangat familiar dengan tempat tinggal G, karena setiap hari Rabu, bapak pergi ke daerah sana untuk mengajar ngaji di majlis ta'lim, tapi yah memang bukan di RW tempat G tinggal, tapi di 2 RW setelahnya. Selesai mengobrol dengan bapak, G pun pamit pulang. 

Setelah mengabariku dia sampai di rumah, G pun mengirimiku pesan bahwa dia merasa nyaman dengan ibu dan bapakku, "jadi bolehkah aku beristikhoroh untuk bertanya pada Allah apakah kamu jodohku atau bukan?" yah kata-katanya tidak persis seperti itu sih karena dia mengirim WA nya dengan bahasa sunda, tapi kurang lebihnya seperti itu deh pokoknya. Yah karena aku pun masih belum terlalu yakin, tapi memang agak sedikit cukup berharap, aku pun menjawab "yah kita sama-sama beristikhoroh saja, karena Allah pasti akan memberikan jalan yang terbaik"

Begitulah awalnya pembicaraan tentang jodoh itu bermula. 

Bersambung ke part 4

0 Komentar untuk "Misteri si Jodoh (part 3)"

Back To Top